Amalan Yang Dicintai Allah Adalah Yang Dilakukan Terus-Menerus Walupun Sedikit
Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr
Amalan Yang Dicintai Allah Adalah Yang Dilakukan Terus-Menerus Walupun Sedikit adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 15 Shafar 1441 H / 14 Oktober 2019 M.
Download mp3 kajian sebelumnya: Keutamaan Sholat Sunnah Sebelum Dzuhur dan Setelahnya
Kajian Islam Ilmiah Tentang Amalan Yang Dicintai Allah Adalah Yang Dilakukan Terus-Menerus Walupun Sedikit
Dan Masruq meriwayatkan bahwasanya beliau berkata kepada ‘Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘Anha:
أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَتْ : الدَّائِمُ ، قُلْتُ : فَأَيُّ اللَّيْلِ كَانَ يَقُومُ ؟ قَالَتْ : إِذَا سَمِعَ الصَّارِخَ
“Amalan apa yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? maka ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjawab,’Yang terus-menerus dilakukan.’ kemudian Masruq berkata lagi, ‘Diwaktu apa pada malam hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangun untuk shalat?’ maka ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjawab, ‘Apabila beliau mendengar ayam jantan berkokok.`” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim)
Dan yang dimaksud dengan الصَّارِخَ (yang berteriak) di sini adalah ayam jantan yang berkokok pada malam hari atau sebelum fajar.
Pertanyaan yang ditanyakan oleh Masruq -beliau adalah salah satu ulama dari kalangan Tabi’in- kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha sama dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka sering bertanya, “Amalan apa yang utama? Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah dan RasulNya?” Dan ini menunjukkan semangat para Salaf untuk mengetahui keutamaan-keutamaan suatu amalan. Dan ini juga memperingatkan kepada kita semua bahwasanya tujuan kita mengetahui keutamaan-keutamaan suatu amalan bukan sekedar agar kita ketahui begitu saja, akan tetapi tujuan dari pengetahuan kita terhadap keutamaan satu amalan adalah kita mengerjakan amalan tersebut sesuai dengan apa yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah ‘Azza wa Jalla pernah berkata dalam hadits qudsi:
وَمَا يَزالُ عَبْدِي يتقرَّبُ إِلى بالنَّوافِل حَتَّى أُحِبَّه
“Dan hambaKu terus-menerus mendekat kepadaKu dengan melakukan amalan-amalan sunnah sampai Aku mencintainya.” (HR. Bukhari 6502)
Maka tujuan dari kita mengetahui keutamaan-keutamaan satu amalan agar hal itu memotivasi kita untuk melakukan amalan-amalan tersebut.
Amalan Yang Paling Dicintai Allah
Pertanyaan Masruq kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, “Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjawab yaitu yang dilakukan secara terus-menerus.
Ini adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana sabda Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam:
وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
“Dan ketahuilah bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Muslim 2818)
Dilakukan Terus Menerus Walaupun Sedikit
Jadi, yang paling dicintai oleh Allah adalah yang kontinu walaupun sedikit tapi terus-menerus dikerjakan. Karena amalan yang sedikit lebih baik daripada amalan banyak yang dikerjakan hanya sekali, dua kali atau tiga kali kemudian seorang bosan dan tidak melakukannya lagi.
Kemudian masalah kontinu dalam melakukan suatu amalan dan terus-menerus ini adalah suatu perkara yang sangat penting yang membantu seseorang untuk konsisten di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal ini benar-benar harus diperhatikan oleh seorang hamba. Karena banyak di antara manusia yang berusaha untuk konsisten akan tetapi kemudian ia bosan untuk melakukan suatu amalan yang seharusnya dikerjakan terus-menerus baik itu setiap minggu, setiap bulan dan ia melihat bahwasanya amalan tersebut amalan yang berat dan ia tidak bisa sabar untuk terus melakukannya. Maka melatih diri untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melakukan amalan-amalan yang terus-menerus ini lebih baik daripada kita melakukan suatu amalan yang banyak namun dikerjakan hanya sekali atau dua kali kemudian setelah itu ditinggalkan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang kontinu walaupun sedikit.
Waktu Yang Utama
Kemudian bertanya Masruq kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, “Kapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangun untuk shalat malam?” Ini adalah pertanyaan tentang waktu yang utama/waktu yang afdhal. Karena seluruh malam adalah waktu untuk qiyamul lail. Akan tetapi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diriwayatkan dalam riwayat-riwayat yang shahih bahwasanya beliau pernah melakukan witir di semua waktu di malam hari. Terkadang beliau melakukan witir diawal malam, terkadang dipertengahan malam, kadang diakhir malam. Namun di sini pertanyaan tentang waktu mana yang paling afdhal (utama).
Suara Ayam Berkokok
Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjawab bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangun untuk shalat malam apabila mendengar suara ayam berkokok. Dan apabila seorang muslim mendengarkan suara kokokan ayam, maka disyariatkan untuknya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintah karunia dariNya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إذا سَمِعْتُمْ صِياحَ الدّيَكَةِ فاسْأَلُوا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فإنَّها رأتْ مَلَكاً
“Jika kalian mendengarkan suara kokokan ayam jantan maka mintalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari karuniaNya, karena sesungguhnya ayam tersebut melihat malaikat.” (HR. Bukhari)
Dan ayam jantan yang berkokok ini membangunkan seorang muslim dan dinamakan dengan الصَّارِخَ (yang berteriak). Karena setelah lewat tengah malam atau sekitar sepertiga malam terakhir ayam-ayam biasanya mulai berkokok dan hal itu membuat orang-orang terbangun dari tidurnya dan ini menunjukkan bahwasanya malam sudah berlalu separuhnya atau lebih dan ini waktu untuk qiyamul lail. Dan ada hadits yang menunjukkan keutamaan ayam jantan, yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
لا تسُبُّوا الدِّيكَ؛ فإنَّه يُوقِظُ للصَّلاةِ
“Janganlah kalian mencela ayam jantan karena sesungguhnya ia membangunkan orang untuk shalat.” (HR. Abu Dawud, Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Dan apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kita untuk mencela ayam jantan yang berkokok karena ia membangunkan orang untuk shalat maka tentu kita lebih dilarang untuk mencela para ulama yang membangunkan hati-hati manusia dan mengingatkan orang-orang yang lalai dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini menunjukkan bahwasanya para ulama lebih penting untuk dijaga kehormatan mereka daripada ayam jantan.
Penulis kitab ini Rahimahullah juga mengatakan bahwa Abdullah bin ‘Amr meriwayatkan beliau berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepadaku:
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti Fulan yang dahulu selalu bangun qiyamul lail kemudian ia meninggalkan qiyamul lail.” (Muttafaqun ‘alaih)
Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jangan engkau seperti Fulan” Para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang tidak menyebutkan secara jelas nama yang ada dalam hadits ini, yaitu “Fulan”. Apakah Nabi ataukah perawi hadits ini ataukah perawi-perawi yang meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘Anhuma. Akan tetapi pendapat yang lebih kuat yaitu bahwasannya Nabi lah yang sengaja tidak menyebutkan nama tertentu karena beliau tidak bermaksud menentukan siapa orangnya, kemudian beliau tidak ingin menyebutkan nama orang tersebut. Dan tidak menyebutkan secara jelas dalam hal-hal seperti ini lebih baik daripada kita menyebutkan nama seseorang dikarenakan dua hal; yang pertama untuk menutupi aib dari orang tersebut, yang kedua bisa jadi dia telah bertaubat dan tidak melakukan perbuatan yang tidak baik tersebut. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, “Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti Fulan yang dahulu selalu bangun qiyamul lail kemudian ia meninggalkan qiyamul lail.”
Dalam hadits ini juga ada penegasan dari hadits yang sebelumnya bahwasannya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus. Dan seseorang jika melakukan amalan yang terus-menerus misalnya qiyamul lail yang dilakukan secara terus-menerus walaupun hanya 3 rakaat atau 5 rakaat, itu lebih baik daripada banyak rakaatnya akan tapi terputus atau tidak dilakukan secara kontinu. Dan ini menunjukkan bahwasanya penting sekali bagi kita untuk kontinu dan terus-menerus melakukan satu ibadah yang telah kita kerjakan.
Jumlah Shalat Nabi Pada Malam Hari
Penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan, “Dan Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwasanya beliau mengatakan, ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah shalat malam pada bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan tanyakan tentang baiknya dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat, jangan bertanya tentang baiknya dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat.’ Berkata ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ‘Maka aku bertanya, wahai Rasulullah apakah engkau tidur sebelum witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai ‘Aisyah sesungguhnya kedua mataku tidur akan tetapi hatiku tidak tidur.`” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga Al-Qasim meriwayatkan bahwasannya beliau berkaata, “Aku mendengar ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, ‘Shalat malam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah 10 rakaat, kemudian boleh witir dengan 1 rakaat, kemudian beliau shalat dua rakaat fajar, jumlah seluruhnya adalah 13 rakaat.”
Penulis kitab ini Rahimahullah menerangkan dalam dua hadits ini jumlah shalat yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada malam hari. Dan bahwasanya beliau tidak pernah lebih dari 11 rakaat. Dan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menyebutkan 11 rakaat ini bahwasanya beliau shalat empat rakaat, kemudian 4 rakaat, kemudian tiga rakaat. Ini adalah shalat Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di malam hari. Dan beliau memanjangkan shalat tersebut.
Juga telah shahih dari perkataan dan perbuatan beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau memulai shalat malam dengan dua rakaat yang ringan. Maka sunnahnya yaitu seorang mulai shalat malamnya dengan dua rakaat yang ringan. Kemudian para ulama Rahimahullah menyebutkan hikmah dari hal tersebut yaitu agar seseorang bersemangat untuk memanjangkan rakaat-rakaat berikutnya, kemudian menutup shalatnya di malam hari dengan 1 rakaat sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
“Jadikanlah akhir shalat malam kalian dengan witir.” (HR. Bukhari 998, Muslim 751)
Dalam hadits yang kedua:
وَيُوتِرُ بسجدةٍ
“Dan beliau witir dengan 1 rakaat.” (HR. Muslim 738)
Waktu Shalat Malam
Adapun waktu shalat malam maka waktunya setelah shalat isya’ sampai adzan fajar. Bahkan seandainya seorang yang sedang safar kemudian ia menjamak shalat isya’ dengan shalat magrib maka waktu shalat lail yaitu setelah ia melakukan shalat isya’ yang dijamak tadi.
Maka waktu qiyamul lain ini adalah waktu yang panjang, ia bisa melakukan diawal malam, di pertengahan malam atau akhir malam. Dan seorang hendaklah berusaha untuk tidak meninggalkan shalat malam ini.
Sepertiga Malam Terakhir
Waktu yang paling utama untuk qiamul lail yaitu di sepertiga malam terakhir sebagaimana yang telah kita jelaskan yaitu apabila seseorang mendengar suara ayam berkokok karena waktu tersebut adalah waktu turunnya Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana dalam hadits yang mutawatir dari Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda:
” ينزل رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ”
“Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia disetiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir kemudian ia mengatakan, ‘Siapa yang berdoa kepadaKu Aku akan menjawab doa tersebut, siapa yang meminta kepadaKu Aku akan memberikannya, siapa yang meminta ampunan kepada Aku akan mengampuninya.” (HR. Bukhari 1145, Muslim 758)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
انُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ ﴿١٧﴾ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ﴿١٨﴾
“Mereka sangat sedikit tidur malam mereka dan diwaktu akhir malam mereka beristighfar meminta ampun kepada Allah.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 17-18)
Juga firman Allah:
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ ﴿١٧﴾
“Dan orang-orang yang meminta ampun kepada Allah pada waktu sahur (yaitu di akhir malam).” (QS. Ali Imran[3]: 17)
Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Amalan Yang Dicintai Allah Adalah Yang Dilakukan Terus-Menerus Walupun Sedikit
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47895-amalan-yang-dicintai-allah-adalah-yang-dilakukan-terus-menerus-walupun-sedikit/